Laporan Praktikum Pengolahan dan Pengawetan dengan Pengasapan



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PANGAN
ACARA VII

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DENGAN PENGASAPAN



  









Disusun oleh :
          Nama                  :    Hafizhatunnisa
          NIM                      :    362015721174
          Kelompok                     :   1(Satu)
          Tanggal              :   16 November 2016
          Asisten                :   Ladyamayu Pinasti




PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Acara
Acara VII. Pengolahan dan pengawetan dengan Pengasapan

B.    Hari/Tanggal
16  November 2016
C.   Tujuan
1.    Mengetahui cara-cara pengasapan pangan
2.    Memilih bahan bakar yang menghasilkan aroma yang khas pada pangan yang diasap
3.    Mengolah/mengawetkan pangan dengan pengasapan
4.    Menilai secara organoleptik pangan yang diasap


















BAB II

METODE PERCOBAAN


Alat dan Bahan


Alat
1.    Baskom                                   1 buah
2.    Pisau                                       1 buah
3.    Telenan daging                       1 buah
4.    Timbangan                              1 buah
5.    Pemanggang tradisional         1 buah
6.    Sutil                                         1 buah
7.    Kipas                                       1 buah
8.    Label/etiket                              4 buah

Bahan
1.    Daging ayam
2.    Daging sapi
3.    Ikan bandeng
4.    Ikan tongkol
5.    Bawang merah
6.    Bawang putih
7.    Garam
8.    lada

Cara kerja

Daging sapi, daging ayam, ikan










Text Box: Mengukur organoleptik setiap waktu yang ditentukan
 

























BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan ikan
Berat fillet ikan
294 g
166 g
107 g
53 g
pH ikan mentah
5,2
5,3
5,7
5,4

Tabel 2. Hasil pengamatan berat bahan pengasapan panas
Bahan
10 menit pertama (g)
10 menit kedua (g)
5 menit terakhir (g)
Ayam
36
29
23
Sapi
48
80
65
Tongkol
172
147
163
Bandeng
126
120
94

Tabel 3. Hasil uji organoleptik pengasapan panas
Bahan
Pengamatan
Pengasapan
10 Menit Pertama
10 Menit Kedua
5 Menit Terakhir
Ikan Tongkol
Aroma
Harum
Harum
Sedap
Rasa
Hambar Agak Asin
Hambar Agak Asin
Enak Rasa Bumbu
Tekstur
Berair
Berair
Lunak Matang
Warna
Pucat Keabuan
Pucat Keabuan
Putih Kecoklatan
Ikan Bandeng
Aroma
Agak Sangit
Agak Sangit
Agak Sangit
Rasa
Hambar
Hambar
Gurih
Tekstur
Kenyal
Kenyal
Keras
Warna
Pucat Keabuan
Kerong
Gosong
Daging Sapi
Aroma
Agak Sangit
Agak Sangit
Sedap Bumbu
Rasa
Hambar
Hambar
Hambar
Tekstur
Berair
Berair
Alot
Warna
Kecoklatan
Kecoklatan
Coklat
Daging Ayam
Warna
Harum Sangit
Harum Sangit
Agak Gosong
Aroma
Hambar
Hambar
Enak
Rasa
Kenyal
Kenyal
Kenyal
Tekstur
Putih Pucat
Putih Pucat
Putih Kecoklatan

Tabel 4. Hasil pengamatan dan pematangan pengasapan cair dengan konsentrasi 4%
Bahan
Pengamatan
Konsentrasi 4%
10 menit pertama
10 menit kedua
5 menit terakhir
Ikan tongkol
Aroma
Asap
Asap berbumbu
Harum berbumbu

Rasa
Agak asin
Bumbu
Bumbu

Warna
Kuning pucat
Putih
Putih

Tekstur
Kenyal
Lunak
Lunak
Ikan bandeng
Aroma
Asap
Asap berbumbu
Harum berbumbu

Rasa
Asin
Bumbu
Sedap bumbu

Warna
Agak putih
Putih
Putih

Tekstur
Lembek
Lunak
Lunak
Daging sapi
Aroma
Asap
Asap berbumbu
Harum berbumbu

Rasa
Asin
Bumbu
Bumbu

Warna
Merah kecoklatan
Merah kekuningan
Coklat

Tekstur
Keras,padat
Berlemak padat
Agak lunak
Daging ayam
Aroma
Asap
Asap berbumbu
Harum berbumbu

Rasa
Bumbu
Bumbu
Bumbu

Warna
Kuning
Putih kekuningan
Putih

Tekstur
Kenyal
Kenyal
Lunak

Tabel 5. Hasil pengamatan dan pematangan pengasapan cair dengan konsentrasi 5%
Bahan
Pengamatan
Konsentrasi 5%
10 menit pertama
10 menit kedua
5 menit terakhir
Ikan tongkol
Aroma
Asap menyengat
Harum bumbu
Harum bumbu

Rasa
Asin
Asin
bumbu

Warna
Merah kecoklatan
Putih
Putih

Tekstur
Lembut
Lunak
Lunak
Ikan bandeng
Aroma
Asap
Harum bumbu
Harum bumbu

Rasa
Asin
Asin
Bumbu

Warna
Putih keruh
Putih
Putih

Tekstur
Lembek
Lunak
Lunak
Daging sapi
Aroma
Amis tajam
Amis
Agak amis

Rasa
Hambar
Hambar
Hambar

Warna
Merah pucat
Merah pucat
Coklat

Tekstur
Alot
Alot
Agak alot
Daging ayam
Aroma
Asap
Agak sedap
Agak manis

Rasa
Agak asin
Hambar
Hambar

Warna
Putih pucat
Abu-abu kecoklatan
Kream

Tekstur
Alot
Lunak
Lunak

Tabel 6. Hasil pengamatan berat dan pH bahan pengasapan cair
Bahan
Pengamatan pH
Konsentrasi asap cair
Berat
4%
5%
Ikan bandeng
5,2
5,7
6,1
271
Ikan tongkol
5,5
5,8
6,1
263
Daging sapi
5,7
6,2
6,8
201
Daging ayam
5,6
6,1
6,8
416

 

Pembahasan

a)    Definisi
Pengasapan merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman seperti kayu (Yansen Perlaungan 2012).  Sedangkan menurut  Mareta & Awami (2011) dapat digunakan juga sabut, serbuk gergaji atau sekam padi. Menurut Yanuar et al.(2015) pengasapan pangan merupakan salah satu cara pengolahan yang bersifat mengawetkan dan mendukung diversifikasi pangan. Pengasapan merupakan kombinasi penggaraman, pemanasan, pengeringan dan pelekatan komponen asap pada bahan pangan. Dalam hal ini dalam asap terkandung senyawa-senyawa yang mempunyai sifat mengawetkan, seperti senyawa phenol, formaldehyde dan lain-lain (Mareta & Awami, 2011).
Asap yang dihasilkan terdiri dari uap dan partikel padatan yang berukuran sangat kecil. Kedua unsur itu mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dengan perbandingan yang berbeda. Asap mempunyai kandungan unsur kimia yaitu karbondioksida, fenol, asam formiat, alkohol, keton, asam asetat, aldehida dan air (Ayudiarti, 2010).
Sedangkan asap cair merupakan senyawa-senyawa yang menguap secara simultan dari reaktor panas melalui teknik pirolisis (penguraian dengan panas) dan berkondensasi pada sistem pendingin. Pengolahan ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah diterapkan/praktis penggunaannya, flavor produk lebih seragam, dapat digunakan secara berulang-ulang, lebih efisien dalam penggunaan bahan pengasap, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, polusi lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang terbentuk dapat dieliminasi. asap cair secara umum memiliki komposisi sebagai berikut : air 81–92%; fenol 0,22–2,9%; asam 2,8–4,5%; karbonil 2,6–4,6%; dan tar 1–17%. Komponen asap tersebut berfungsi sebagai antimikroba, antioksidan, pembentuk aroma, flavor, dan warna. Pembuatan asap cair 4% dan 5% dimulai dengan persiapan bahan asap, asap yang dihasilkan inilah yang akan dicairkan kembali dengan perubahan gas menjadi cair. Perbedaan kadarnya terdapat pada asap cair yang dicampurkan kedalam air.
b)    Prinsip dan langkah-langkah pengasapan
Proses di mana molekul larut air dan larut lemak, Uap dan partikel lain dilepaskan dari kayu yang terbakar dan masuk dalam makanan. Makanan menyerap aroma asap sementara asap mengeringkan makanan dan memperbaiki cita rasa (Yanuar et al. 2015).
Pada praktikum kali ini, tahapan pengasapan panas awalnya dimulai dengan penyiangan bahan, untuk ikan dibersihkan sisik dan dikeluarkan isi perutnya, daging sapi di thewing dan dibersihkan begitu pula dengan daging ayam. Lalu pemberian bumbu yang diratakan diatas daging sapi, ayam dan ikan, lalu merendam bahan di dalam bumbu selama 15 menit, kemudian baru di asapkan. Menurut Mareta & Awarni (2011) Langkah-langkah pengasapan adalah : penggaraman, pengeringan, pemanasan dan pengasapan. Pada pengasapan ini juga digunakan metode pengasapan baru, yaitu dengan menggunakan pengasapan cair. Menurut Ayudarti (2010) asap cair berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri dan serta pemberi warna dan aroma paada makanan. Asap cair dibuat dalam tiga tahap yaitu : pirolisis, kondensasi dan redistilasi.
c)    Tujuan pengasapan pangan
1. Untuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan, 2. Memperoleh cita rasa dan kenampakan yang khas, 3. Meningkatkan nilai ekonomi produk yang diasap (Mareta & Awami 2011). Sedangkan Pendapat Ayudiarti (2010) Pengasapan makanan dilakukan dengan tujuan : 1). Untuk mengawetkan bahan makanan (banyak dilakukan di negara-negara yang belum atau sedang berkembang dengan memanfaatkan bahan-bahan alam berupa kayu yang melimpah dan murah), 2). Untuk memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan.
d)    Fungsi perlakuan
Penggaraman dapat menciptakan daging yang kompak, membunuh bakteri dan meningkatkan rasa daging. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam daging ikan dan memudahkan daging ikan menyerap partikel- partikel asap pada saat pengasapan. Pemanasan bertujuan untuk mematangkan daging ikan, menghentikan enzim perusak, menggumpalkan protein dan menguapkan sebagian air dalam badan bahan makanan (Mareta & Awami, 2011). Penjelasan fungsi perlakuan di atas lebih kepada pengasapan dingin. Perlakuan penggaraman pada praktikum di ganti dengan pemberian bumbu, dimana pada bumbu juga mengandung garam.
e)    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasapan
Menurut Ayudiati (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu akhir produk asap dapat dikelompokkan menjadi :
1.    Bahan bakar, Mutu dan volume asap Suhu ruang pengasapan Sirkulasi udara Kelembaban udara ruang pengasapan
Jenis bahan bakar yang digunakan sebaiknya memenuhi tiga syarat, yaitu: keras, tidak mudah terbakar, tidak mengandung resin, dapat menghasilkan asap dalam jumlah besar dalam waktu lama. Jenis bahan bakar yang banyak digunakan di Indonesia ialah kayu turi, jati, bakau, serbuk gergaji, merang, ampas tebu, tempurung dan sabut kelapa. Pada praktikum , digunakan adalah tempurung kelapa.
2.    Mutu dan volume asap
Mutu dan volume asap tergantung dari jenis kayu yang digunakan. Sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu menghasilkan asap dengan kandungan unsur fenol dan asam organik yang cukup tinggi dan lambat terbakar. Volume asap yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan asap yang bersifat bakterisidal dan asap yang dihasilkan harus bersih dari kotoran-kotoran.
3.    Suhu ruang pengasapan
Suhu ruang pengasapan yang rendah akan menghasilkan asap yang ringan sehingga volume asap yang melekat pada ikan menjadi lebih banyak dan merata. Jika suhu ruang pengasapan tinggi, maka permukaan terluar tubuh daging yang diasapkan akan menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga penguapan air terhalang dan proses pembusukan masih mungkin terjadi pada bagian dalam daging bahan makanan yang diasapkan.
4.    Kelembaban udara ruang pengasapan
Kelembaban dalam ruang tertutup akan meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu pengasapan. Kelembaban udara ruang pengasapan yang rendah akan menyebabkan cairan dalam tubuh daging yang diasapkan lebih mudah menguap, proses pengasapan lebih cepat sehingga aktivitas bakteri penyebab kebusukan dan ketengikan dapat segera dihambat. Kelembaban awal sebesar 90% akan memaksimalkan penyerapan asap, tetapi kelembaban akhir 70% banyak digunakan karena pada kondisi tersebut terjadi penyerapan asap yang maksimal dengan kejadian case harderning (pengerasan kulit) yang paling minimal.
5.    Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang baik dalam ruang pengasapan menjamin mutu bahan yang  diasapkan yang lebih sempurna, karena suhu dan kelembaban ruang tetap konstan selama proses pengasapan berlangsung. Aliran asap berjalan dengan lancar dan kontinyu sehingga partikel asap yang menempel menjadi lebih banyak dan merata.
6.    Lama Pengasapan
Lama pengasapan dapat mempengaruhi nilai gizi ikan dan umur simpannya. Proses pengasapan dan pengeringan dapat mengurangi kandungan beberapa vitamin dalam ikan seperti A, D, B dan juga mempengaruhi turunnya nilai ketersediaan asam amino. Ikan asap yang diasapi dengan metode pengasapan dingin menggunakan suhu 30oC dan waktu pengasapan minimal 24 jam dapat disimpan selama dua minggu. Daya bakterisidal juga tergantung dari lama pengasapan yang dilakukan. Pada praktikum pengasapan dilakukan pada 20 menit (gambar 1) dan dilanjutkan dengan pengasapan kembali (gambar 2).
f)     Bahan baku
Pada praktikum ini digunakan beberapa bahan, yaitu : Ikan tongkol dan bandeng, daging ayam dan sapi.
1.    Ikan, yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan tongkol dan bandeng. Ikan yang digunakan pada pengasapan harus memenuh ciri ikan segar. Ikan segar adalah ikan yang belum mengalami perlakuan pengawetan kecuali pendinginan (chilling). Ikan segar secara organoleptik mempunyai karakteristik kenampakan mata cerah, cemerlang, bau segar spesifik jenis, tekstur elastis, padat dan kompak, memiliki cemaran mikroba rata-rata 0,1, cemaran kimia (histamine) maksimal 100, dan tidak mengandung residu kimia, tidak pula mengandung racun hayati dan parasit (SNI 2013).
2.    Ayam, ayam yang digunakan pada praktikum ini adalah ayam rasa tau ayam potong.
3.    Daging, daging sapi yang digunakan adalah daging sapi bagian sirloin yang didapatkan dari pasar Solo.

g)    Jenis-jenis pengasapan
Pengasapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengasapan dingin (cold smoking), dan pengasapan panas (hot smoking). Perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada berikut ini:

Temperature
Waktu
Daya awet
Pengasapan dingin
40-50oc
1-2 minggu
2-3 minggu
Pengasapan panas
70-100oc
Beberapa jam
Beberapa hari
Sumber : Murniyati, 2000

Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi sehingga daging ikan menjadi matang. Daya awet ikan yang diasap panas, ditimbulkan oleh garam, asap dan panas. Sedangkan pada ikan yang diasap dingin, ditimbulkan oleh garam, asam dan pengeringan (Mareta & Awami 2011).
Selain itu terdapat beberapa tambahan dari Tumbelaka (2013) yaitu sumber asap atau panas untuk pengasapan panas secara langsung namun pada pengasapan dingin secara tidak langsung. Tekstur produk yang dihasilkan pengasapan panas lembek, berair, dan masak sedangkan pengasapan dingin menyebabkan tekstur produk menjadi keras, kering dan mentah. Kadar air pada pengasapan panas sekitar 60-70% sedang pada pengasapan dingin 45-55%.
Tujuan dari kedua pengasapan ini juga berbeda, yaitu pengasapan panas bertujuan untuk mendapatkan rasa dan aroma yang disukai namun pengasapan dingin bertujuan mengawetkan produk.
h)    Organoleptik pengasapan
Warna kecoklatan yang diakibatkan pemanasan yang berlebihan terjadi karena adanya reaksi Maillard antara senyawa asam amino dengan gula pereduksi membentuk Melanoidin. Selain itu pencoklatan juga terjadi karena reaksi antara protein, peptida, dan asam amino dengan hasil dekomposisi lemak (Heruwati, 2002). Kulit ikan yang sudah diasapi biasanya berwarna mengkilat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya reaksi kimia dari senyawa-senyawa dalam asap, yaitu fomaldehida dari fenol yang akan menghasilkan lapisan damar tiruan pada permukaan kulit ikan (Yansen Perlaungan, 2012).
Pengasapan menimbulkan rasa  dan aroma yang khas. Rasa dan aroma ini dihasilkan oleh asam-asam dan fenol serta zat-zat lain pembantu. Dalam hal ini ketebalan asap yang terserap ikan akan menentukan rasa asap yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga perlu ada keseimbangan antara rasa enak ikan asap dengan daya simpan (shelf life) dari ikan asap tersebut(Yansen Perlaungan, 2012).
Tekstur yang dihasilkan dengan pengasapan panas empuk, sedap dan matang sesuai dengan pendapat Murniyati (2000).Berat bahan makanan menyusut beriiringnya waktu dengan mengeluarkan air, hal ini yang membuat bobot menyusut dan membuatnya menjadi awet karena berkurangnya kadar air (Hildayulia, 2012).
Jadi, menurut pembahasan diatas organoleptik dari daging sapi, ayam dan ikan yang di asapi sudah sesuai.
i)      Perbandingan nilai gizi
Menurut Burt dalam Heruwati (2002) menyatakan bahwa beberapa jenis vitamin yang terdapat dalam ikan akan mengalami kerusakan sebagai akibat proses pengeringan atau pengasapan, tergantung waktu dan suhu, pH, serta terjadinya penirisan. Pengasapan panas (di atas 80°C) dapat menyebabkan hilangnya vitamin yang larut dalam air seperti niasin, riboflavin, dan asam askorbat hingga 4%.
Pengasapan harus dilakukan pada waktu dan kepekatan asap serendah mungkin, karena asap mengandung senyawa-senyawa karbonil yang akan bereaksi dengan lisin dan mereduksi kualitas protein (Burt dalam Heruwati, 2002). Jadi, pangasapan dingin menghilangkan lebih sedikit vitamin daripada pengasapan panas. Namun penggunaan asap cair lebih baik, karena Ikan asap yang dihasilkan memiliki kadar protein tinggi dan kadar benzo(a)pyren tidak terdeteksi.



















BAB IV

PENUTUP


KESIMPULAN

·         Langkah-langkah pengasapan adalah : pemberian bumbu, pengeringan, pemanasan dan pengasapan
·         Faktor yang berpengaruh pada pengasapan adalah : Bahan bakar, mutu dan volume asap, suhu ruang pengasapan, sirkulasi udara, kelembaban udara ruang pengasapan, sirkulasi udara, dan pengasapan.
·         Pembuatan asap cair dibuat dengan mencairkan asap yang dihasilkan dari bahan baku keras
·         Ada 2 jenis pengasapan, yaitu panas dan dingin, akhir-akhir ini dikembangkan juga asap cair.
·         Tujuan pengasapan untuk mendapatkan makanan yang awet dan flavor khas.
·         Proses pengasapan panas dan pengeringan dapat mengurangi kandungan beberapa vitamin dalam ikan seperti A, D, B dan juga mempengaruhi turunnya nilai ketersediaan asam amino. Namun pada pengasapan dingin nilai gizi yang berkurang lebih sedikit, bahkan pada asap cair hampir tidak ada dan terjadi penambahan protein.














DAFTAR PUSTAKA
Ayudiarti, D.L., 2010. Asap cair dan aplikasinya pada produk perikanan. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 5(3), pp.101–108.
Hildayulia, 2012. Pengolahan ikan kakap, vol.3, pp.5–24. Sumber : http://repo.unsrat.ac.id (20/11/2016)
Heruwati, Endang S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisonal: Prospek dan Peluang Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3) Tahun 2002. Jakarta.
Mareta, D.T. & Awami, S.N., 2011. Pengawetan Ikan Bawal Dengan Pengasapan dan Pemanggangan. ilmu-ilmu pengetahuan, 7(2), pp.33–47.
Murniyati, A.S. 2000. Pendinginan, Pembekuan, dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
SNI, 2013. SNI 2729:2013 Ikan segar. Sumber http://www.bsn.go.id (20/11/2016)
Tumbelaka, A., Naiu, A.S. & Dali, F.A., 2013. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama Penggaraman terhadap Nilai Hedonik Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) Asin Kering, 1, pp.48–54
Yansen Perlaungan, 2012. Tinjauan Teknologi Pengasapan Ikan Secara Tradisional Serta Permasalahannya, pp.1–8. Sumber : http://digilib.unila.ac.id/6110/13/BAB%20II.pdf (20/11/2016)
Yanuar, D. et al., 2015. Efek Perbedaan Suhu dan Lama Pengasapan terhadap Kualitas Ikan Bandeng ( Chanos chanos Forsk ) Cabut Duri Asap, 4(3), pp.94–98.












LAMPIRAN

Gambar 1. Pengasapan 20 menit pertama
Gambar 2. Pengasapan 20 menit berikutnya

Share:

0 komentar