Laporan Praktikum Pengolahan dan Pengawetan dengan Pengasapan
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PANGAN
ACARA VII
PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DENGAN PENGASAPAN
Disusun oleh :
Nama :
Hafizhatunnisa
NIM :
362015721174
Kelompok : 1(Satu)
Tanggal : 16 November 2016
Asisten : Ladyamayu Pinasti
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Acara
Acara VII. Pengolahan
dan pengawetan dengan Pengasapan
B.
Hari/Tanggal
16 November 2016
C.
Tujuan
1.
Mengetahui cara-cara pengasapan pangan
2.
Memilih bahan bakar yang menghasilkan aroma yang khas pada pangan yang
diasap
3.
Mengolah/mengawetkan pangan dengan pengasapan
4.
Menilai secara organoleptik pangan yang diasap
BAB II
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat
1.
Baskom 1 buah
2.
Pisau 1 buah
3.
Telenan daging 1
buah
4.
Timbangan 1 buah
5.
Pemanggang tradisional 1 buah
6.
Sutil 1 buah
7.
Kipas 1
buah
8.
Label/etiket 4
buah
Bahan
1.
Daging ayam
2.
Daging sapi
3.
Ikan bandeng
4.
Ikan tongkol
5.
Bawang merah
6.
Bawang putih
7.
Garam
8.
lada
Cara kerja
Daging sapi, daging ayam, ikan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil
Pengamatan ikan
Berat fillet
ikan
|
294 g
|
166 g
|
107 g
|
53 g
|
pH ikan mentah
|
5,2
|
5,3
|
5,7
|
5,4
|
Tabel 2. Hasil
pengamatan berat bahan pengasapan panas
Bahan
|
10 menit
pertama (g)
|
10 menit kedua
(g)
|
5 menit
terakhir (g)
|
Ayam
|
36
|
29
|
23
|
Sapi
|
48
|
80
|
65
|
Tongkol
|
172
|
147
|
163
|
Bandeng
|
126
|
120
|
94
|
Tabel 3. Hasil uji
organoleptik pengasapan panas
Bahan
|
Pengamatan
|
Pengasapan
|
||
10 Menit Pertama
|
10 Menit Kedua
|
5 Menit Terakhir
|
||
Ikan Tongkol
|
Aroma
|
Harum
|
Harum
|
Sedap
|
Rasa
|
Hambar
Agak Asin
|
Hambar
Agak Asin
|
Enak
Rasa Bumbu
|
|
Tekstur
|
Berair
|
Berair
|
Lunak
Matang
|
|
Warna
|
Pucat
Keabuan
|
Pucat
Keabuan
|
Putih
Kecoklatan
|
|
Ikan Bandeng
|
Aroma
|
Agak
Sangit
|
Agak
Sangit
|
Agak
Sangit
|
Rasa
|
Hambar
|
Hambar
|
Gurih
|
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Keras
|
|
Warna
|
Pucat
Keabuan
|
Kerong
|
Gosong
|
|
Daging Sapi
|
Aroma
|
Agak
Sangit
|
Agak
Sangit
|
Sedap
Bumbu
|
Rasa
|
Hambar
|
Hambar
|
Hambar
|
|
Tekstur
|
Berair
|
Berair
|
Alot
|
|
Warna
|
Kecoklatan
|
Kecoklatan
|
Coklat
|
|
Daging Ayam
|
Warna
|
Harum
Sangit
|
Harum
Sangit
|
Agak
Gosong
|
Aroma
|
Hambar
|
Hambar
|
Enak
|
|
Rasa
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Kenyal
|
|
Tekstur
|
Putih
Pucat
|
Putih
Pucat
|
Putih
Kecoklatan
|
Tabel 4. Hasil
pengamatan dan pematangan pengasapan cair dengan konsentrasi 4%
Bahan
|
Pengamatan
|
Konsentrasi 4%
|
||
10 menit
pertama
|
10 menit kedua
|
5 menit
terakhir
|
||
Ikan tongkol
|
Aroma
|
Asap
|
Asap berbumbu
|
Harum berbumbu
|
|
Rasa
|
Agak asin
|
Bumbu
|
Bumbu
|
|
Warna
|
Kuning pucat
|
Putih
|
Putih
|
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Lunak
|
Lunak
|
Ikan bandeng
|
Aroma
|
Asap
|
Asap berbumbu
|
Harum berbumbu
|
|
Rasa
|
Asin
|
Bumbu
|
Sedap bumbu
|
|
Warna
|
Agak putih
|
Putih
|
Putih
|
|
Tekstur
|
Lembek
|
Lunak
|
Lunak
|
Daging sapi
|
Aroma
|
Asap
|
Asap berbumbu
|
Harum berbumbu
|
|
Rasa
|
Asin
|
Bumbu
|
Bumbu
|
|
Warna
|
Merah kecoklatan
|
Merah kekuningan
|
Coklat
|
|
Tekstur
|
Keras,padat
|
Berlemak padat
|
Agak lunak
|
Daging ayam
|
Aroma
|
Asap
|
Asap berbumbu
|
Harum berbumbu
|
|
Rasa
|
Bumbu
|
Bumbu
|
Bumbu
|
|
Warna
|
Kuning
|
Putih kekuningan
|
Putih
|
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kenyal
|
Lunak
|
Tabel 5. Hasil
pengamatan dan pematangan pengasapan cair dengan konsentrasi 5%
Bahan
|
Pengamatan
|
Konsentrasi 5%
|
||
10 menit
pertama
|
10 menit kedua
|
5 menit
terakhir
|
||
Ikan tongkol
|
Aroma
|
Asap menyengat
|
Harum bumbu
|
Harum bumbu
|
|
Rasa
|
Asin
|
Asin
|
bumbu
|
|
Warna
|
Merah kecoklatan
|
Putih
|
Putih
|
|
Tekstur
|
Lembut
|
Lunak
|
Lunak
|
Ikan bandeng
|
Aroma
|
Asap
|
Harum bumbu
|
Harum bumbu
|
|
Rasa
|
Asin
|
Asin
|
Bumbu
|
|
Warna
|
Putih keruh
|
Putih
|
Putih
|
|
Tekstur
|
Lembek
|
Lunak
|
Lunak
|
Daging sapi
|
Aroma
|
Amis tajam
|
Amis
|
Agak amis
|
|
Rasa
|
Hambar
|
Hambar
|
Hambar
|
|
Warna
|
Merah pucat
|
Merah pucat
|
Coklat
|
|
Tekstur
|
Alot
|
Alot
|
Agak alot
|
Daging ayam
|
Aroma
|
Asap
|
Agak sedap
|
Agak manis
|
|
Rasa
|
Agak asin
|
Hambar
|
Hambar
|
|
Warna
|
Putih pucat
|
Abu-abu kecoklatan
|
Kream
|
|
Tekstur
|
Alot
|
Lunak
|
Lunak
|
Tabel 6. Hasil pengamatan berat dan pH
bahan pengasapan cair
Bahan
|
Pengamatan pH
|
Konsentrasi
asap cair
|
Berat
|
|
4%
|
5%
|
|||
Ikan bandeng
|
5,2
|
5,7
|
6,1
|
271
|
Ikan tongkol
|
5,5
|
5,8
|
6,1
|
263
|
Daging sapi
|
5,7
|
6,2
|
6,8
|
201
|
Daging ayam
|
5,6
|
6,1
|
6,8
|
416
|
Pembahasan
a)
Definisi
Pengasapan merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas
yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman seperti kayu (Yansen Perlaungan 2012). Sedangkan menurut Mareta & Awami (2011) dapat digunakan juga
sabut, serbuk gergaji atau sekam padi. Menurut Yanuar et al.(2015) pengasapan
pangan merupakan salah satu cara pengolahan yang bersifat mengawetkan dan
mendukung diversifikasi pangan. Pengasapan merupakan kombinasi penggaraman,
pemanasan, pengeringan dan pelekatan komponen asap pada bahan pangan. Dalam hal
ini dalam asap terkandung senyawa-senyawa yang mempunyai sifat mengawetkan,
seperti senyawa phenol, formaldehyde dan lain-lain (Mareta & Awami, 2011).
Asap yang dihasilkan terdiri dari uap dan
partikel padatan yang berukuran sangat kecil. Kedua unsur itu mempunyai
komposisi kimia yang sama tetapi dengan perbandingan yang berbeda. Asap
mempunyai kandungan unsur kimia yaitu karbondioksida, fenol, asam formiat,
alkohol, keton, asam asetat, aldehida dan air (Ayudiarti,
2010).
Sedangkan asap cair merupakan
senyawa-senyawa yang menguap secara simultan dari reaktor panas melalui teknik
pirolisis (penguraian dengan panas) dan berkondensasi pada sistem pendingin. Pengolahan
ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah
diterapkan/praktis penggunaannya, flavor produk lebih seragam, dapat digunakan
secara berulang-ulang, lebih efisien dalam penggunaan bahan pengasap, dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, polusi lingkungan dapat
diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang terbentuk dapat
dieliminasi. asap cair secara umum memiliki komposisi sebagai berikut : air
81–92%; fenol 0,22–2,9%; asam 2,8–4,5%; karbonil 2,6–4,6%; dan tar 1–17%. Komponen
asap tersebut berfungsi sebagai antimikroba, antioksidan, pembentuk aroma,
flavor, dan warna. Pembuatan asap cair 4% dan 5% dimulai dengan persiapan bahan
asap, asap yang dihasilkan inilah yang akan dicairkan kembali dengan perubahan
gas menjadi cair. Perbedaan kadarnya terdapat pada asap cair yang dicampurkan
kedalam air.
b)
Prinsip dan
langkah-langkah pengasapan
Proses di mana molekul larut air dan larut lemak, Uap dan partikel
lain dilepaskan dari kayu yang terbakar dan masuk dalam makanan. Makanan
menyerap aroma asap sementara asap mengeringkan makanan dan memperbaiki cita
rasa (Yanuar et al. 2015).
Pada praktikum kali ini, tahapan pengasapan panas awalnya dimulai
dengan penyiangan bahan, untuk ikan dibersihkan sisik dan dikeluarkan isi
perutnya, daging sapi di thewing dan dibersihkan begitu pula dengan
daging ayam. Lalu pemberian bumbu
yang diratakan diatas daging sapi, ayam dan ikan, lalu merendam bahan di dalam
bumbu selama 15 menit, kemudian baru di asapkan. Menurut Mareta & Awarni
(2011) Langkah-langkah pengasapan adalah : penggaraman, pengeringan, pemanasan
dan pengasapan. Pada pengasapan ini juga digunakan metode pengasapan baru,
yaitu dengan menggunakan pengasapan cair. Menurut Ayudarti (2010) asap cair
berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri dan serta pemberi warna dan aroma
paada makanan. Asap cair dibuat dalam tiga tahap yaitu : pirolisis, kondensasi
dan redistilasi.
c)
Tujuan pengasapan pangan
1. Untuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan, 2. Memperoleh
cita rasa dan kenampakan yang khas, 3. Meningkatkan nilai ekonomi produk yang
diasap (Mareta & Awami 2011). Sedangkan Pendapat Ayudiarti (2010) Pengasapan makanan dilakukan dengan tujuan : 1). Untuk mengawetkan
bahan makanan (banyak dilakukan di negara-negara yang belum atau sedang
berkembang dengan memanfaatkan bahan-bahan alam berupa kayu yang melimpah dan
murah), 2). Untuk memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan.
d)
Fungsi perlakuan
Penggaraman dapat menciptakan daging yang kompak,
membunuh bakteri dan meningkatkan rasa daging. Pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam daging ikan dan memudahkan
daging ikan menyerap partikel- partikel asap pada saat pengasapan. Pemanasan
bertujuan untuk mematangkan daging ikan, menghentikan enzim perusak,
menggumpalkan protein dan menguapkan sebagian air dalam badan bahan makanan (Mareta
& Awami, 2011). Penjelasan fungsi perlakuan di atas lebih
kepada pengasapan dingin. Perlakuan penggaraman pada praktikum di ganti dengan
pemberian bumbu, dimana pada bumbu juga mengandung garam.
e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasapan
Menurut Ayudiati (2010) Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu akhir produk asap dapat dikelompokkan menjadi :
1. Bahan bakar, Mutu dan
volume asap Suhu ruang pengasapan Sirkulasi udara Kelembaban udara ruang
pengasapan
Jenis bahan bakar yang digunakan sebaiknya
memenuhi tiga syarat, yaitu: keras, tidak mudah terbakar, tidak mengandung
resin, dapat menghasilkan asap dalam jumlah besar dalam waktu lama. Jenis bahan
bakar yang banyak digunakan di Indonesia ialah kayu turi, jati, bakau, serbuk
gergaji, merang, ampas tebu, tempurung dan sabut kelapa. Pada praktikum ,
digunakan adalah tempurung kelapa.
2. Mutu dan volume asap
Mutu dan volume asap tergantung dari jenis
kayu yang digunakan. Sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu menghasilkan
asap dengan kandungan unsur fenol dan asam organik yang cukup tinggi dan lambat
terbakar. Volume asap yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan asap yang
bersifat bakterisidal dan asap yang dihasilkan harus bersih dari
kotoran-kotoran.
3. Suhu ruang pengasapan
Suhu ruang pengasapan yang rendah akan
menghasilkan asap yang ringan sehingga volume asap yang melekat pada ikan
menjadi lebih banyak dan merata. Jika suhu ruang pengasapan tinggi, maka
permukaan terluar tubuh daging yang diasapkan akan menjadi cepat kering dan
mengeras, sehingga penguapan air terhalang dan proses pembusukan masih mungkin
terjadi pada bagian dalam daging bahan makanan yang diasapkan.
4. Kelembaban udara ruang
pengasapan
Kelembaban dalam ruang tertutup akan
meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu pengasapan. Kelembaban udara
ruang pengasapan yang rendah akan menyebabkan cairan dalam tubuh daging yang
diasapkan lebih mudah menguap, proses pengasapan lebih cepat sehingga aktivitas
bakteri penyebab kebusukan dan ketengikan dapat segera dihambat. Kelembaban
awal sebesar 90% akan memaksimalkan penyerapan asap, tetapi kelembaban akhir
70% banyak digunakan karena pada kondisi tersebut terjadi penyerapan asap yang
maksimal dengan kejadian case harderning (pengerasan kulit) yang paling
minimal.
5. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara yang baik dalam ruang
pengasapan menjamin mutu bahan yang diasapkan
yang lebih sempurna, karena suhu dan kelembaban ruang tetap konstan selama
proses pengasapan berlangsung. Aliran asap berjalan dengan lancar dan kontinyu
sehingga partikel asap yang menempel menjadi lebih banyak dan merata.
6. Lama Pengasapan
Lama pengasapan dapat mempengaruhi nilai
gizi ikan dan umur simpannya. Proses pengasapan dan pengeringan dapat
mengurangi kandungan beberapa vitamin dalam ikan seperti A, D, B dan juga
mempengaruhi turunnya nilai ketersediaan asam amino. Ikan asap yang diasapi
dengan metode pengasapan dingin menggunakan suhu 30oC dan waktu
pengasapan minimal 24 jam dapat disimpan selama dua minggu. Daya bakterisidal
juga tergantung dari lama pengasapan yang dilakukan. Pada praktikum pengasapan
dilakukan pada 20 menit (gambar 1) dan dilanjutkan dengan pengasapan kembali
(gambar 2).
f)
Bahan baku
Pada praktikum ini
digunakan beberapa bahan, yaitu : Ikan tongkol dan
bandeng, daging ayam dan sapi.
1.
Ikan, yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan tongkol dan bandeng. Ikan yang digunakan pada pengasapan harus memenuh ciri ikan segar. Ikan segar adalah ikan yang belum mengalami perlakuan pengawetan
kecuali pendinginan (chilling). Ikan segar secara
organoleptik mempunyai
karakteristik kenampakan mata cerah, cemerlang, bau segar spesifik jenis,
tekstur elastis, padat dan kompak, memiliki cemaran mikroba rata-rata 0,1,
cemaran kimia (histamine) maksimal 100, dan tidak mengandung residu kimia, tidak pula
mengandung racun hayati dan parasit (SNI 2013).
2.
Ayam, ayam yang digunakan pada praktikum ini adalah ayam rasa tau ayam
potong.
3.
Daging, daging sapi yang digunakan adalah daging sapi bagian sirloin
yang didapatkan dari pasar Solo.
g)
Jenis-jenis pengasapan
Pengasapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengasapan dingin
(cold smoking), dan pengasapan panas (hot smoking). Perbedaan antara keduanya
dapat dilihat pada berikut ini:
|
Temperature
|
Waktu
|
Daya awet
|
Pengasapan
dingin
|
40-50oc
|
1-2 minggu
|
2-3 minggu
|
Pengasapan
panas
|
70-100oc
|
Beberapa jam
|
Beberapa hari
|
Sumber : Murniyati, 2000
Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi sehingga daging
ikan menjadi matang. Daya awet ikan yang diasap panas, ditimbulkan oleh garam,
asap dan panas. Sedangkan pada ikan yang diasap dingin, ditimbulkan oleh garam,
asam dan pengeringan (Mareta & Awami 2011).
Selain itu terdapat beberapa tambahan dari
Tumbelaka (2013) yaitu sumber asap atau panas untuk pengasapan panas secara
langsung namun pada pengasapan dingin secara tidak langsung. Tekstur produk
yang dihasilkan pengasapan panas lembek, berair, dan masak sedangkan pengasapan
dingin menyebabkan tekstur produk menjadi keras, kering dan mentah. Kadar air
pada pengasapan panas sekitar 60-70% sedang pada pengasapan dingin 45-55%.
Tujuan dari kedua pengasapan ini juga
berbeda, yaitu pengasapan panas bertujuan untuk mendapatkan rasa dan aroma yang
disukai namun pengasapan dingin bertujuan mengawetkan produk.
h)
Organoleptik pengasapan
Warna kecoklatan yang diakibatkan pemanasan
yang berlebihan terjadi karena adanya reaksi Maillard antara senyawa asam amino
dengan gula pereduksi membentuk Melanoidin. Selain itu pencoklatan juga terjadi
karena reaksi antara protein, peptida, dan asam amino dengan hasil dekomposisi
lemak (Heruwati, 2002). Kulit ikan yang sudah diasapi biasanya
berwarna mengkilat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya reaksi kimia dari
senyawa-senyawa dalam asap, yaitu fomaldehida dari fenol yang akan menghasilkan
lapisan damar tiruan pada permukaan kulit ikan (Yansen
Perlaungan, 2012).
Pengasapan menimbulkan rasa dan aroma yang khas. Rasa dan aroma ini
dihasilkan oleh asam-asam dan fenol serta zat-zat lain pembantu. Dalam hal ini
ketebalan asap yang terserap ikan akan menentukan rasa asap yang disesuaikan
dengan selera konsumen, sehingga perlu ada keseimbangan antara rasa enak ikan
asap dengan daya simpan (shelf life) dari ikan asap tersebut(Yansen
Perlaungan, 2012).
Tekstur yang dihasilkan dengan pengasapan panas empuk, sedap dan matang sesuai
dengan pendapat Murniyati (2000).Berat bahan makanan menyusut
beriiringnya waktu dengan mengeluarkan air, hal ini yang membuat bobot menyusut
dan membuatnya menjadi awet karena berkurangnya kadar air (Hildayulia,
2012).
Jadi, menurut pembahasan diatas organoleptik
dari daging sapi, ayam dan ikan yang di asapi sudah sesuai.
i) Perbandingan nilai gizi
Menurut Burt dalam
Heruwati (2002) menyatakan bahwa beberapa jenis vitamin yang terdapat dalam
ikan akan mengalami kerusakan sebagai akibat proses pengeringan atau
pengasapan, tergantung waktu dan suhu, pH, serta terjadinya penirisan.
Pengasapan panas (di atas 80°C) dapat menyebabkan hilangnya vitamin yang larut
dalam air seperti niasin, riboflavin, dan asam askorbat hingga 4%.
Pengasapan harus dilakukan pada waktu dan kepekatan asap serendah
mungkin, karena asap mengandung senyawa-senyawa karbonil yang akan bereaksi
dengan lisin dan mereduksi kualitas protein (Burt dalam Heruwati,
2002). Jadi, pangasapan
dingin menghilangkan lebih sedikit vitamin daripada pengasapan panas. Namun
penggunaan asap cair lebih baik, karena Ikan asap yang dihasilkan memiliki
kadar protein tinggi dan kadar benzo(a)pyren tidak terdeteksi.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Langkah-langkah pengasapan adalah : pemberian bumbu, pengeringan,
pemanasan dan pengasapan
·
Faktor yang berpengaruh pada pengasapan adalah : Bahan bakar, mutu dan
volume asap, suhu ruang pengasapan, sirkulasi udara, kelembaban udara ruang
pengasapan, sirkulasi udara, dan pengasapan.
·
Pembuatan asap cair dibuat dengan mencairkan asap yang dihasilkan dari
bahan baku keras
·
Ada 2 jenis pengasapan, yaitu panas dan dingin, akhir-akhir ini
dikembangkan juga asap cair.
·
Tujuan pengasapan untuk mendapatkan makanan yang awet dan flavor khas.
·
Proses pengasapan panas dan pengeringan dapat mengurangi kandungan beberapa
vitamin dalam ikan seperti A, D, B dan juga mempengaruhi turunnya nilai
ketersediaan asam amino. Namun pada pengasapan dingin nilai gizi yang berkurang
lebih sedikit, bahkan pada asap cair hampir tidak ada dan terjadi penambahan
protein.
DAFTAR PUSTAKA
Ayudiarti, D.L., 2010. Asap
cair dan aplikasinya pada produk perikanan. Balai Besar Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 5(3), pp.101–108.
Hildayulia, 2012. Pengolahan
ikan kakap, vol.3, pp.5–24. Sumber : http://repo.unsrat.ac.id
(20/11/2016)
Heruwati, Endang S. 2002. Pengolahan
Ikan Secara Tradisonal: Prospek dan Peluang Pengembangan. Jurnal Litbang
Pertanian, 21(3) Tahun 2002. Jakarta.
Mareta, D.T. & Awami,
S.N., 2011. Pengawetan Ikan Bawal Dengan Pengasapan dan Pemanggangan. ilmu-ilmu
pengetahuan, 7(2), pp.33–47.
Murniyati, A.S. 2000. Pendinginan,
Pembekuan, dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
SNI, 2013. SNI 2729:2013 Ikan
segar. Sumber http://www.bsn.go.id
(20/11/2016)
Tumbelaka, A., Naiu, A.S.
& Dali, F.A., 2013. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama Penggaraman
terhadap Nilai Hedonik Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) Asin Kering, 1,
pp.48–54
Yansen Perlaungan, 2012. Tinjauan
Teknologi Pengasapan Ikan Secara Tradisional Serta Permasalahannya, pp.1–8.
Sumber : http://digilib.unila.ac.id/6110/13/BAB%20II.pdf
(20/11/2016)
Yanuar, D. et al., 2015. Efek
Perbedaan Suhu dan Lama Pengasapan terhadap Kualitas Ikan Bandeng ( Chanos chanos
Forsk ) Cabut Duri Asap, 4(3), pp.94–98.
LAMPIRAN
Gambar 1.
Pengasapan 20 menit pertama
Gambar 2.
Pengasapan 20 menit berikutnya
0 komentar